For Channel Sake!!
Berkali-kali Dara melirik ke arah profile picture BBM seorang laki-laki yang memiliki Display Name Boris Triyadi. Pria yang baru dikenalnya 1 jam lalu. Boris Triyadi, lelaki paruh baya berwajah sangar lantaran lekuk wajah tegas dengan jenggot,
jambang dan kumis kasar yang menjalar saling berhubungan, ditambah hiasan tahi lalat di sekitar hidungnya dan tompel di bawah telinga kirinya.
Wajah itu membuat Dara mual dan ingin memuntahkan cheese
burger yang baru saja dilahapnya. Namun, sunggingan bibir tak terelakan dari bibirnya yang berwarna merah jambu
tatkala Dara melihat sebuah outlet Channel yang ada di hadapannya. Di
sudut kiri pintu masuk toko tersebut terpampang sebuah tas merah jambu dengan keterangan
“Discount 70%”.
Sebenarnya, 1 jam lalu, Dara hanya berniat makan siang di sebuah mall besar dan mewah di daerah Tomang yang memiliki
hotel berbintang di atasnya. Pilihannya, selalu restoran burger yang berseberangan dengan outlet Channel. Dara memang Junkfood lover, makanya dia sering ke
tempat tersebut. Tapi, ada alasan yang lebih dimuliakannya selain karena
makanan sampah tersebut. Yakni, produk-produdk Channel dambaan di outlet yang
berdiri mewah tersebut. Ya, Channel dambaan. Tepat ketika Dara menggigit burger yang
dipegangnya, tulisan “Discount 70%” itu diletakan oleh petugas outlet. Mata
Dara membelalak perlahan bak komang yang ingin keluar dari cangkangnya.
Tubuhnya terkunci kuat, tak dihiraukannya lagi burger yang sudah berada 5 cm di
depan giginya dan pelayan restoran yang berkali-kali memanggilnya “mbak..mbak..”
untuk memberitahu bahwa burgernya telah jatuh di lantai. Sebuah tepukan di
pundaknyalah yang bisa menyadarkan dan membuka gembok pengunci tubuhnya. Dara
harus memesan burger yang baru sambil terus mencari cara bagaimana supaya dia
bisa mendapatkan tas Channel discount-an tersebut dengan cepat agar tidak
didahului orang lain.
Dara memang pecinta tergila untuk produk-produk Channel. Lantaran melihat
discount itulah, kini Dara berhadapan dengan Pak Boris Triyadi. Kontak BBM Pak Boris didapatnya dari kawan yang sudah mengenalnya sejak
lama. Dara harus menemuinya 15 menit lagi, sesuai janjinya di BBM sejam lalu.
Sebenarnya, tidak rela ia bertemu dengan Pak Boris. Berkali-kali ia memandang
foto Pak Boris, berkali-kali pula ia ingin muntah. Membayangkan 15 menit yang
akan datang membuatnya tak mampu berdiri. Tapi ironis, melihat tas Channel
discount-an 70% justru membuatnya ingin segera berdiri. Akhirnya, kekuatan
pikiran yang membuatnya ingin segera berdiri tersebut dialiri ke saraf tangan
dan kakinya hingga jari-jarinya berhasil digerakkan dan kakinyapun berhasil
terangkat. Dara meninggalkan restoran burger.
Sambil berjalan, Dara terus menengok ke arah tas Channel merah jambu
discount-an 70 %. Di kepalanya hanya ada Pak Boris dan tas Channel. Ketika matanya
melihat jalur berjalannya, dia memikirkan Pak Boris, ketika menengok ke outlet
Channel dan berdoa supaya tidak keburu dibeli orang, dia memikirkan tas Channel
merah jambudiscount-an 70 %. Begitupun seterusnya, Pak Boris - Tas Channel
merah jambu - Pak Boris - Tas Channel merah jambu - Pak Boris - Tas Channel merah
jambu – Lift.
Dara menekan tombol 19. Sambil menunggu lift terbuka, dia terus membayangi
Pak Boris dengan wajah penuh kernyit dan terus ingin mual. Tapi kemudian dia
sadar yang ditandai dengan sunggingan bibir, bahwa hanya Pak Borislah yang bisa
membuatnya mendapatkan Tas Channel merah jambu discount-an 70% dengan cepat.
Tanpa perlu menunggu tabungannya terisi selama setahun sesuai harga tas Channel
tersebut. Tanpa perlu mengikuti kontes modelling yang prosesnya bulanan dan
belum tentu menang. Tanpa perlu korupsi yang memang bisa membuatnya memiliki
tas Channel merah jambu namun dipakainya dalam jeruji besi. Lift terbuka, Dara
berjalan di koridor hotel berbintang tersebut untuk mencari kamar nomor 07.
Dara kembali menyunggingkan bibirnya saat membandingkan ketiga cara tadi dengan
cara yang sebentar lagi akan dilakukannya. Dia hanya perlu berjongkok di
hadapan selangkangan Pak Boris dan mengangkang selama sejam. Tambah tengkurap
dan kemungkinan menungging,
“Cuma perlu gitu kok, apa susahnya?”,
retoris tersebut berusaha disematkan dalam otaknya agar dia bisa melawan
segala mual dan kernyitan di wajah. Itu semua, demi tas Channel merah jambu
discount-an 70%.
Dara sudah berada tepat di hadapan kamar 07, dia mengetuk. Baru saja ia
ingin mengetuk untuk kedua kalinya, pintupun terbuka. Dara menunduk dan gugup
bukan kepalang. Dara mengumpulkan keberanian untuk melihat sosok laki-laki di
hadapannya itu. Dara telusuri dari mulai kakinya yang kokoh dipenuhi bulu,
lututnya terlihat lebih hitam dari kakinya, handuk putih menggantung dari lutut
hingga ke 5 cm di bawah bodong pusarnya. Bulu-bulu halus menjalar dari bawah
pusarnya hingga ke perutnya yang membuncit, ke dadanya yang dihiasi 2 pentil
berwarna hitam. Lehernya terbentuk gundukan jakun besar yang berkali-kali naik dan turun
mengikuti irama air liur yang ditelan lantaran nafsu. Bulu-bulu kasar mulai
terlihat di dagunya dan sekitar pipinya. Dara sudah semakin menegakkan wajahnya
ketika sepasang mata Dara berhadapan persis dengan sepasang mata laki-laki di
hadapannya.
“Papah!”
“Dara!”
Pertemuan Dara dan Papanya untuk pertamakali sejak 10 tahun lalu berpisah.
-fin-