Sunday, March 16, 2014

For Channel Sake!!


For Channel Sake!!



Berkali-kali Dara melirik ke arah profile picture BBM seorang laki-laki yang memiliki Display Name Boris Triyadi. Pria yang baru dikenalnya 1 jam lalu. Boris Triyadi, lelaki paruh baya berwajah sangar lantaran lekuk wajah tegas dengan jenggot, jambang dan kumis kasar yang menjalar saling berhubungan, ditambah  hiasan tahi lalat di sekitar hidungnya dan tompel di bawah telinga kirinya. Wajah itu membuat Dara mual dan ingin memuntahkan cheese burger yang baru saja dilahapnya. Namun, sunggingan bibir tak terelakan dari bibirnya yang berwarna merah jambu tatkala Dara melihat sebuah outlet Channel yang ada di hadapannya. Di sudut kiri pintu masuk toko tersebut terpampang sebuah tas merah jambu dengan keterangan “Discount 70%”.

Sebenarnya, 1 jam lalu, Dara hanya berniat makan siang di sebuah mall besar dan mewah di daerah Tomang yang memiliki hotel berbintang di atasnya. Pilihannya, selalu restoran burger yang berseberangan dengan outlet Channel. Dara memang Junkfood lover, makanya dia sering ke tempat tersebut. Tapi, ada alasan yang lebih dimuliakannya selain karena makanan sampah tersebut. Yakni, produk-produdk Channel dambaan di outlet yang berdiri mewah tersebut. Ya, Channel dambaan. Tepat ketika Dara menggigit burger yang dipegangnya, tulisan “Discount 70%” itu diletakan oleh petugas outlet. Mata Dara membelalak perlahan bak komang yang ingin keluar dari cangkangnya. Tubuhnya terkunci kuat, tak dihiraukannya lagi burger yang sudah berada 5 cm di depan giginya dan pelayan restoran yang berkali-kali memanggilnya “mbak..mbak..” untuk memberitahu bahwa burgernya telah jatuh di lantai. Sebuah tepukan di pundaknyalah yang bisa menyadarkan dan membuka gembok pengunci tubuhnya. Dara harus memesan burger yang baru sambil terus mencari cara bagaimana supaya dia bisa mendapatkan tas Channel discount-an tersebut dengan cepat agar tidak didahului orang lain.

Dara memang pecinta tergila untuk produk-produk Channel. Lantaran melihat discount itulah, kini Dara berhadapan dengan Pak Boris Triyadi. Kontak BBM Pak Boris didapatnya dari kawan yang sudah mengenalnya sejak lama. Dara harus menemuinya 15 menit lagi, sesuai janjinya di BBM sejam lalu. Sebenarnya, tidak rela ia bertemu dengan Pak Boris. Berkali-kali ia memandang foto Pak Boris, berkali-kali pula ia ingin muntah. Membayangkan 15 menit yang akan datang membuatnya tak mampu berdiri. Tapi ironis, melihat tas Channel discount-an 70% justru membuatnya ingin segera berdiri. Akhirnya, kekuatan pikiran yang membuatnya ingin segera berdiri tersebut dialiri ke saraf tangan dan kakinya hingga jari-jarinya berhasil digerakkan dan kakinyapun berhasil terangkat. Dara meninggalkan restoran burger.

Sambil berjalan, Dara terus menengok ke arah tas Channel merah jambu discount-an 70 %. Di kepalanya hanya ada Pak Boris dan tas Channel. Ketika matanya melihat jalur berjalannya, dia memikirkan Pak Boris, ketika menengok ke outlet Channel dan berdoa supaya tidak keburu dibeli orang, dia memikirkan tas Channel merah jambudiscount-an 70 %. Begitupun seterusnya, Pak Boris - Tas Channel merah jambu - Pak Boris - Tas Channel merah jambu - Pak Boris - Tas Channel merah jambu – Lift.

Dara menekan tombol 19. Sambil menunggu lift terbuka, dia terus membayangi Pak Boris dengan wajah penuh kernyit dan terus ingin mual. Tapi kemudian dia sadar yang ditandai dengan sunggingan bibir, bahwa hanya Pak Borislah yang bisa membuatnya mendapatkan Tas Channel merah jambu discount-an 70% dengan cepat. Tanpa perlu menunggu tabungannya terisi selama setahun sesuai harga tas Channel tersebut. Tanpa perlu mengikuti kontes modelling yang prosesnya bulanan dan belum tentu menang. Tanpa perlu korupsi yang memang bisa membuatnya memiliki tas Channel merah jambu namun dipakainya dalam jeruji besi. Lift terbuka, Dara berjalan di koridor hotel berbintang tersebut untuk mencari kamar nomor 07. Dara kembali menyunggingkan bibirnya saat membandingkan ketiga cara tadi dengan cara yang sebentar lagi akan dilakukannya. Dia hanya perlu berjongkok di hadapan selangkangan Pak Boris dan mengangkang selama sejam. Tambah tengkurap dan kemungkinan menungging,
“Cuma perlu gitu kok, apa susahnya?”,
retoris tersebut berusaha disematkan dalam otaknya agar dia bisa melawan segala mual dan kernyitan di wajah. Itu semua, demi tas Channel merah jambu discount-an 70%.

Dara sudah berada tepat di hadapan kamar 07, dia mengetuk. Baru saja ia ingin mengetuk untuk kedua kalinya, pintupun terbuka. Dara menunduk dan gugup bukan kepalang. Dara mengumpulkan keberanian untuk melihat sosok laki-laki di hadapannya itu. Dara telusuri dari mulai kakinya yang kokoh dipenuhi bulu, lututnya terlihat lebih hitam dari kakinya, handuk putih menggantung dari lutut hingga ke 5 cm di bawah bodong pusarnya. Bulu-bulu halus menjalar dari bawah pusarnya hingga ke perutnya yang membuncit, ke dadanya yang dihiasi 2 pentil berwarna hitam. Lehernya terbentuk gundukan jakun besar yang berkali-kali naik dan turun mengikuti irama air liur yang ditelan lantaran nafsu. Bulu-bulu kasar mulai terlihat di dagunya dan sekitar pipinya. Dara sudah semakin menegakkan wajahnya ketika sepasang mata Dara berhadapan persis dengan sepasang mata laki-laki di hadapannya.
“Papah!”
“Dara!”

Pertemuan Dara dan Papanya untuk pertamakali sejak 10 tahun lalu berpisah.

-fin-