Malam
ini saya menyaksikan wajah-wajah ceria yang sayup sayup juga terdengar ambiance kekecewaan. Paduan Suara
Universitas Mercu Buana (Mercu Buana Choir), organisasi yang telah membesarkan “nama”
saya (maaf, berlebihan) baru saja mengadakan audisi untuk tim kompetisi luar
negeri, di Barcelona, Paris....
WAIT!!
Kalian tidak perlu bilang “WOOWW” dulu. Di dunia paduan suara, kompetisi hingga
ke belahan bumi Eropa tuh sangat “biasa”. Yang buat ini tidak biasa adalah, Compete
to Europe is definitely the first experience for Mercu Buana Choir. Singakat cerita, lebih
dari 50% dari anggota aktif tidak lolos audisi, dan lebih dari 20% dari
mereka sudah berkali-kali tidak lolos audisi untuk kompetisi internasional. That
underline statement is thing i concern the most.
Anda
tahu yang mereka rasakan?
Anda
tahu yang orang tuanya rasakan?
Wajah
mereka sembab penuh kekecewaan, muram durja bagai tak ada lagi esok pagi. Sebagian
dari mereka bahkan bukan orang-orang yang malas latihan. Vice versa, bahkan ada
yang jauh lebih rajian latihannya dibanding yang lolos. Saya tidak tahu lagi,
wejangan ataupun quote apalagi yang bisa menguatkan mereka. Saya tidak tahu
lagi, seberapa erat pelukan yang bisa menenangkan mereka. Yang saya tahu,
kekecewaan mereka melebihi ketinggian gunung kelud dan kedalaman laut cina
selatan.
WAIT!!
Bagaimana dengan yang lolos? Ya...... seperti kebanyakan, mereka tertawa
sumringah, bersyukur dan bersukaria, we
know that they deserve it. Tapi mereka ber-euforia berlebih hingga sebagian
lupa,,,,,, bahwa banyak wajah yang tidak bisa menerima keceriaan mereka, atau
paling tidak belum bisa ikut ceria akan “kemenangan” mereka.
Pada
posisi ini, tentu kita akan canggung dan bingung harus bertingkah bagaimana.
Dulu, saat saya belum menjadi alumni di sana, yang saya lakukan hanya
memberikan senyuman tulus dan memeluk mereka yang tidak lolos. Kami berdua sama
canggung, tapi kami pasti sadar, hanya itu yang bisa dilakukan.
Satu
hal yang saya seringkali lakukan saat menang, selalu lebih dulu posisikan diri
sebagai mereka yang tidak menang dan bersyukurlah sesederhana mungkin, jika
ingin ber-euforia, cukuplah bersama mereka yang bernasib sama.
Buat
teman-teman yang belum lolos, coba liat pengalaman 2 orang hebat ini:
Regina
Indonesian Idol: 7 kali tidak lolos audisi Indonesian Idol, sekalinya lolos,
Tuhan memberikannya tempat terbaik, yakni Juara.
Thomas Alpha Edison, penemu bola lampu yang pernah berkata “I have not failed. I’ve just
found 10.000 ways that won’t work”
Semoga
setiap kegagalan membentuk perspective yang baru bagi kita atas kesuksesan. Amin
No comments:
Post a Comment